PENALARAN KARANGAN
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
.............................................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah
........................................................................ 3
1.3 Tujuan
.......................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN
.............................................................................. 4
2.1 Pengertian
penalaran karangan .................................................. 4
2.2 Unsur-unsur
penalaran karangan ................................................ 4
2.3 Pengertian penalaran induktif
..................................................... 6
2.4 Pengertian penalaran deduktif
.................................................... 7
2.5 Salah nalar
................................................................................... 9
2.6 Isi karangan
................................................................................. 10
2.7 Cara
menyimpulkan karangan ..................................................... 14
BAB
III PENUTUP ......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan
................................................................................. 15
3.2 Kritik & Saran
.............................................................................. 15
Daftar
Pustaka
............................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menulis merupakan proses bernalar. Menulis
suatu topik kita harus berfikir, menghubungkannya dengan berbagai fakta,
dan membandingkan.Selama hidup kita, terutama dalam keadaan tidak tidur, kita
selalu berfikir.Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir,
dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara
nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa
kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar,
tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai
kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang
disebut kegiatan bernalar. Dapat dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya
penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan
berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak
ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan
deduktif.
Berdasarkan
uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan
proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti
penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan.
Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan
menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang
tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih
dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari penulisan makalah ini diantaranya :
Ø Apa yang dimaksud dengan Penalaran Karangan ?
Ø Apa saja unsur-unsur Penalaran ?
Ø Apa yang dimaksud Penalaran Induktif ?
Ø Apa yang dimaksud Penalaran Deduktif ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini diantaranya :
Ø
Memahami
pengertian penalaran karangan
Ø
Memahami
unsur-unsur penalaran
Ø
Memahami
pengertian penalaran induktif
Ø
Memahami
pengertian penalaran deduktif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penalaran Karangan
Penalaran
Karangan mempunyai beberapa pengertian, yaitu:
·
Proses
berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan
sampai dengan simpulan.
·
Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai
dengan suatu simpulan.
·
Proses
menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian
baru.
·
Dalam
karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji,
membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji
sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.
·
Pembahasan
suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau
pengertian baru.
Dari beberapa
pengertian mengenai penalaran karangan diatas jadi dapat disimpulkan Penalaran karangan ialah proses berpikir logis
untuk mengkaji topik berupa fakta yang terdapat dalam karangan sampai
menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah
analisis induktif dan deduktif.
2.2 Unsur-unsur penalaran
Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan,
yaitu:
1. Topik
Topik adalah ide sentral dalam
bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua
variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam
bentuk proposisi adalah
kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi
Proposisi mempunyai beberapa jenis,
antara lain:
a.
Proposisi
empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
contoh
: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak
Proposisi mutlak adalah pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk
melakukan benar atau salahnya.
melakukan benar atau salahnya.
Contohnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
c. Proposisi hipotetik
Proposisi hipotetik adalah
persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Contohnya: Jika dijemput, X akan
ke rumah.
d. Proposisi kategoris
Proposisi kategoris adalah tidak
adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Contohnya: X akan menikahi Y.
e. Proposisi positif universal
Proposisi
positif universal adalah pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Contohnya:
Semua hewan akan mati.
f. Proposisi positif persial
Proposisi
positif persial adalah pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif.
Contohnya:
Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negatif universal
Proposisi
negatif universal adalah kebalikan dari proposisi positif universal. Contohnya:
Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negatif persial
Proposisi negatif persial adalah
kebalikan dari proposisi positif persial.
Contohnya: Sebagian orang hidup menderita.
Contohnya: Sebagian orang hidup menderita.
4. Proses berpikir ilmiah
Proses berfikir ilmiah adalah kegiatan
yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah
menuju suatu kesimpulan.
menuju suatu kesimpulan.
5. Logika
Logika adalah metode pengujian ketepatan penalaran,penggunaan(alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
Logika adalah metode pengujian ketepatan penalaran,penggunaan(alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematika
Sistematika adalah seperangkat proses
atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses
berpikir ke dalam suatu kesatuan.
berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan
Permasalahan adalah pertanyaan yang
harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang
akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan
mengidentifikasi analisis
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian
(argumentasi) adalah proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti
kebenarannya atau kesalahannya.
kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil
adalah akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12. Kesimpulan
(simpulan) adalah penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa
implikasi atau inferensi.
implikasi atau inferensi.
2.3
Pengertian Penalaran Induktif
Proses bernalar pada dasarnya ada
dua macam, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif
adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan,
dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat
berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus.
Ada tiga macam penalaran induktif, diantaranya: Generalisasi, Analogi, dan Sebab-akibat.
Ø Generalisasi adalah proses penalaran
berdasarkan pengamatan atas sejumlah data yang bersifat khusus yang disusun
secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Ø Analogi adalah proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas data khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek
yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai
dengan kesimpulan yang berlaku umum.
Ø Sebab-akibat adalah proses penalaran
berdasarka hubungan antardata yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab,
sebab – akibat-akibat.
Contoh Penalaran
Induktif :
Seorang polisi lalu lintas
mengidenfikasi proses terjadinya kecelakaan lalu lintas di perempatan
Rawamangun Muka, persilangan Rawamangun Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung
Priok, yang terjadi pada tanggal 11 April 2011 pukul 07.30 pagi tadi. Sebuah
truk dari arah Cililitan menabrak bajaj sehingga terpental 100 meter, bagian
depan truk penyok sedalam 15 cm, dan supir bajaj terpental keluar dari
kendaraannya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa bajaj tersebut terpental
berguling-guling di udara. Dalam pengamatannya, melalui proses penghitungan
waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat truk melintas dari arah Cililitan ke
Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi juga
menyatakan bahwa dalam keadaan lampu menyala merah sebuah bajaj berkecepatan
tinggi dari arah Tanjung Priok menerobos sehingga tertabrak oleh truk yang
sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka.
Hasil pengamatan: supir bajaj terbukti bersalah.
Kesimpulan: 1. supir bajaj menanggung biaya kerusakannya
sendiri.
2. supir
bajaj mengganti biaya perbaikan truk yang menabraknya.
3. supir bajaj membayar
denda atas pelanggarannya.
Proses bernalar diawali
dari topic sampai dengan simpulan:
Topik - (mendesain kerangka dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan
- (mendesain metode) pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis - (menetapkan) hasil
analisis – kesimpulan (menafsirkan hasil analisis).
Topik - (mendesain kerangka dasar penalaran) menjadikannya sebuah kerangka karangan
- (mendesain metode) pengumpulan data, deskripsi data, dan analisis - (menetapkan) hasil
analisis – kesimpulan (menafsirkan hasil analisis).
2.4 Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang
berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan deduktif
mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan tehnik pengembangannya maupun uraian
isinya. Dalam paragraf sederhana jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada contoh
berikut.
Contoh:
LKMSM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen
Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah. Kegiatan ini diikuti
oleh seluruh siswa-siswi kota Depok yang diadakan di sekolah SMAN 1 Depok yang
dibimbing oleh Mahasiswa UI Depok. Semua siswa-siswi yang mengikuti kegiatan
tersebut sangat semangat apalagi para panitia dan pembimbing sudah menyiapkan
hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
Paragraf di atas berupa
karangan deduktif. Proses penalaran diawali dengan :
1. Pernyataan yang bersifat umum : Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan Manajemen
Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah.
2. Pembahasan kuantitas peserta.
3. Spesifikasi keadaan kegiatan.
4. Pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
1. Pernyataan yang bersifat umum : Kegiatan LKMSM (Latihan Kepemimpinan Manajemen
Siswa Muslim) pada bulan Ramadhan sangat meriah.
2. Pembahasan kuantitas peserta.
3. Spesifikasi keadaan kegiatan.
4. Pemberian hadiah dan sertifikat untuk siswa yang berprestasi saat mengikuti acara.
Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian
tersebut relatif rumit dan sulit. Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam
bentuk yang sederhana dan mudah. Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan
urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi
sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan
konsep, dikembangan dalam urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan
dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi,
deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya.
a. Urutan
Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara
kronologis ialah menyajikan bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini
terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian
diuraikan. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik flashback.
Peristiwa
terakhir,
Peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback,
Kembali ke peristiwa terakhir dan
melanjutkan cerira.
b. Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan
untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan urutan ruang itu,
kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan:
di sana, di sini, di situ, di, pada, di
bawah, di atas, di tengah, di utara, di selatan, di depan, dimuka, dibelakang,
dikiri, di kanan, di luar, di dalam, berhadapan, bertolak belakang dengan, berseberangan,
melalui, belok kanan, belok kiri, ke depan, ke atas, ke samping, di sisi, di
seberang, di hadapan, di persimpangan.
a.
Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan
alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus
dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa
bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam
karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini
secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya.
d. Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat
dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang dikemukakan.
Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai yang paling tidak penting atau sebaliknya.
2.5 Salah
Nalar
Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang
keliru atau sesat. Ada 10 macam salah nalar yang sering terdapat didalam sebuah
karangan.
1. Diduksi yang salah
2. Generalisasi yang terlalu luas
3. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4. Salah nilai atas penyebab
5. Analogi
yang salah
6. Penyimpangan
masalah
7. Pembenaran pokok masalah lewat pokok
sampingan
8. Argumentasi Ad-Huminem
9. Imbauan pada keahlian yang
disangsikan
10. Nonseguitur.
2.6
Isi Karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala,
sifat atau ciri sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan,
imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan
teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini
akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi,
klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan
perkiraan (ramalan).
1. Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku
untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Di dalam pengambangan
karangan, generalisasi perlu
ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan
sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus. Generalisasi yang
mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini. Generalisasi
faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa
pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji.
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta
berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu
klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi dua kelompok.
Misalnya: manusia terdiri dari dua jenis
yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek menjadi
tiga kelompok atau lebih.
Misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU,
orang dewasa, dan manula.
Dalam pengembangan karangan, klasifikasi
merupakan karangan sejenis generalisasi. Fakta mengemukakan dua macam
generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi klasifikasi.
3. Perbandingan
dan Pertentangan
Perbandingan ialah membahas kesamaan dan
kemiripan. Sedangkan pertentangan ialah
membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator
perbandingan dan pertentangan.
Contoh :
§
Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.
§
Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu.
§
India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim.
§
Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.
4. Sebab dan Akibat
Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian
akibat sehingga timbullah serangkaian sebab-akibat. Berikut merupakan proses
mengarang dengan penalaran sebab-akibat:
1) Menentukan topik,
2) Menentukan pola,
3) Menentukan sebab,
4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu
terjadi,
6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.
5. Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan
atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan. Secara garis besar
analogi dapat dibedakan atas:
1. Analogi sederhana
2. Analogi yang berupa
kiasan
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1. Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya
dengan
objek yang sudah dikenal.
objek yang sudah dikenal.
● Tidak menghasilkan simpulan.
● Tidak memberikan pengetahuan baru.
● Kata-kata yang digunakan dalam analogi
deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti,
bagai.
bagai.
● se.... (kale
keadaan, misalnya “seindah”).
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas
dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara Kala yang sedang
marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti
militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak
terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas.
Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
2. Analogi induktif
● Menjelaskan suatu
objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
● Menghasilkan
suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang
lain, berdasarkan persamaan
ciri.
ciri.
● Kata-kata yang
sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981,
Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada
waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan santai
sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus,
tiba-tiba Saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah
suara, sambil bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam
bahasa Indonesia, “ Mudah saja, walaupun Anda tampak seperti orang philipin,
jalan Anda persis orang Indonesia. Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya
perlu mengubah jalan Saya. Walaupun tidak secepat orang Inggris atau orang
Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan santai berisiko dicopet,
dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan
orang Eropa.
6. Hubungan Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Misalnya: tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita
sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.
7. Ramalan dan Perkiraan
Ramalan
adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi
pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak
ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh
melalui prosedur yang tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib.
Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah, perhitungan atas
fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam
perkiraan:
·
memperkirakan/diperkirakan,
·
ditaksir,
·
sangat mungkin,
·
boleh jadi,
·
anggapan,
·
dapat diproyeksikan,
·
mungkin,
·
diduga akan.
2.7 Cara menyimpulkan karangan
Data yang dianalisis dan dievakuasi
menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat diinterpretasikan menjadi suatu
simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi, atau tindakan.
·
Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore
hari ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih
terlihat pada saat simpulan dibuat.
·
Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi
atau rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami
kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan
tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai
argumentasi.
·
Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu
kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan
hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif
solusi, menjual perusahaan dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk
peremajaan mesin produksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari pembahasan diatas
yaitu :
ü
Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji
hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau
simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan
deduktif.
ü
Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang
nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.
ü
Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi
generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat,
analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.
3.2 Kritik dan Saran
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca
dan kami selaku pemateri, mendapatkan manfaatnya. Apabila terdapat kekurangan
dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih bermanfaat di masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Achmad., 2010, Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Prenada Media Group.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan
Tinggi,Jakarta : Akapres
Tinggi,Jakarta : Akapres
Tidak ada komentar:
Posting Komentar