RELASI MAKNA DAN JENIS-JENISNYA
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Relasi Makna dan Jenis-Jenisnya sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Makalah
Relasi Makna dan Jenis-Jenisnya ini dibuat dengan tujuan untuk memberi
pengetahuan dan wawasan yang lebih tentang Relasi Makna, Jenis-Jenisnya dan
Penerapannya dalam sebuah paragraf.
Dalam
penyusunan Makalah Relasi Makna dan Jenis-Jenisnya ini banyak pihak yang telah
membantu proses pembuatannya. Untuk itu kepada dosen, dan rekan-rekan yang
telah membantu menyelesaikan laporan ini saya ucapkan terima kasih.
Selain
itu, saya juga menyadari bahwa laporan kerja ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk tugas-tugas yang akan datang.
Mudah-mudahan
Makalah Relasi Makna dan Jenis-Jenisnya ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua.
Palembang,
Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa
merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasamerupakan
alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap
perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa
dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya.
Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah
pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang
mempelajari tentang makna.
Kata semantik
berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign).
“Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel
Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik
dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu
dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer,
1994: 2).
Dalam
suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut Relasi makna.
Relasi makna dapat berwujud bermacam – macam. Dalam setiap bahasa, termasuk
bahasa indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi
semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan
bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal
kesamaan makna ( sinonim), kebalikan makna ( Antonim), kegandaan makna (
polisemi dan Ambiguitas ), ketercakupan makna (Hiponimi ), kelainan makna (
Honimi),kelebihan makna (Redundansi ), dan sebagainya.
Perkembangan
dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata yang tadinya
mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan
walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari
pandangan baru. Makna sebagai unsur bahasa merupakan salah satu unsur yang
memiliki potensi untuk berubah karena makna berkaitan dengan konsep-konsep
dan pikiran manusia yang tidak pernah berhenti. Perubahan makna terjadi
dipengaruhi oleh beberapa sebab serta terdapat berbagai jenis perubahan makna
diantaranya yaitu,meluas menyempit,perubahan total,membaik, memburuk.
Drs. Abdul Chear (1989 : 82) mengemukan
bahwa Relasi Makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara
sebuah kata atau satuan bahasa yang lainnya lagi.Menurut
Mansoer Pateda (2001:79) bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah
yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun
kalimat. Ada beberapa jenis makna, antara lain makna leksikal, makna
gramatikal, makna denotasi, dan makna konotasi. Selain itu, ada juga yang
disebut relasi makna yaitu Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat
antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain.
J.W.M Verhaar(1981:9) Mengemukakan bahwa
semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang
sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti. Lehrer(1974: 1) Semantik
adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang
sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa
sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
relasi makna?
2.
Apa saja
jenis-jenis relasi makna?
3.
Apa pengertian
dari masing-masing jenis relasi makna?
4.
Bagaimana contoh dari
masing-masing jenis relasi makna?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian dari relasi makna.
2.
Mengetahui
jenis-jenis relasi makna.
3.
Mengetahui
pengertian dari masing-masing jenis relasi makna.
4.
Mengetahui contoh
dari masing-masing relasi makna.
1.4
Manfaat
Adapun
manfaat penulisan makalah ini baik bagi penulis maupun bagi pembaca adalah agar
dapat lebih memahami pengertian relasi makna. Selain itu, adanya makalah ini
kita dapat mengetahui tentang jenis-jenis dari contoh relasi makna.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Makna
Semantik merupakan salah satu bidang
semantik yang mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri
sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna
merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu
menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,
2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan
pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286)
mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki
atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa
indonesia, sering kali kita temui hubungan kemaknaan atau relasi semantik
antara sebuah kata atau setuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa
lainnya lagi. Berikut ini akan dibicarakan masalah tersebut satu persatu.
2.2
Jenis-Jenis Relasi Makna
Relasi
makna dapat berwujud macam-macam. Berikut ini diuraikan beberapa wujud relasi makna.
2.2.1
Sinonim
Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu onoma
yang berarti nama, dan syn yang berarti dengan. Maka secara harfiah kata
sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Secara semantik
Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa frase atau kalimat
) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Ketidakmungkinan
kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang:
1)Faktor waktu. Misalnya kata hulubalang
bersinonim dengan kata komandan. Namun keduanya tidak mudah
dipertukarkan karena kata hulubalang hanya cocok untuk situasi kuno,klasik atau
arkais. Sedangkan kata komandan hanya cocok untuk situasi masa kini (modrn).
2)Faktor tempat atau daerah. Misalnya kata saya dengan beta adalah
bersinonim. Tetapi kata beta hanya cocok
untuk digunakan dalam konteks pemakaian bahasa indonesia timur ( Maluku
) ; sedangkan kata saya dapat digunakan secara umum di mana saja.
3)Faktor sosial. Misalnya kata aku dan saya adalah dua buah kata yang
bersinonim ; tetapi kata aku hanya dapat
digunakan untuk teman sebaya dan tidak dapat digunkan kepada orang yang lebih
tua.
Mengenai
sinonim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1.Tidak semua kata dalam bahasa indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata beras ,salju, batu, dan kuning
tidak memiliki sinonim.
2.Ada kata- kata yang bersinonom pada bentuk dasar tetapi tidak pada bentuk
kejadian. Misal kata benar bersinonim dengan kata betul; tetapi kata kebenaran
tidak bersinonim dengan kata kebetulan.
3.Ada kata – kata yang tidak mempunyai sinonim padabentuk dasar tetapi
memiliki sinonim pada bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai
sinonim tetapi kata menjemur mempunyai sinonim, yaitu mengeringkan dan berjemur bersinonim dengan berpanas.
4.Ada kata- kata yang dalam arti sebenarnya tidak mempunyai sinonim ,
tetapi dalam hati kiasan justru mempunyai sinonim. Misalnya kata hitam dalam
makna sebenarnya tidak ada sinonimnya, tetapi dalam arti kiasan ada sinonimnya
gelap,mesum. Menurut Abdul chaer(1994 : 82 ).
Sinonim
adalah relasi makna antara kata ( frase atau kalimat ) yang maknanya sama atau
mirip. Ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya kata- kata bersinonimi,
seperti kata – kata yang berasal dari bahasa daerah, bahasa nasional, dan
bahasa asing. Misalnya penyakit kencing manis dengan diabetes, telepon genggam
dengan handphone. Menurut Hasnah Faizah linguistik umum (2010 :74 )Sinonimi
adalah hubungan antara bentuk bahasa yang mirip atau sama maknanya. KBBI (2003 : 1072).
2.2.2
Antonim dan Oposisi
Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma
yang artinya nama, dan anti yang artinya melawan. Maka secara harfiah antonim
berarti nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik Verhaar (1978 )
mendefinisikan sebagai ; Ungkapan biasanya berupa kata ,tetapi dapat pula
berupa frase atau kalimat )yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan
lain. misalnya dengan kata bagus adalah berantonimi dengan kata buruk ; kata
besar adalah beratonimi dengan kata kecil, dan kata membeli berantonimi dengan
kata menjual.Dalam buku- buku pelajaran bahasa indonesia, antonimi biasanya
disebut lawan kata.banyak orang yang tidak setuju dengan iistilah ini sebab
pada hakekat nya yang berlawanan bukan kata-kata itu, melainkan makna dari
kata-kata itu.
Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutkan oposisi makna. Dengan
istilah oposisi, maka bisa tercakup dari konsep yang betul- betul berlawanan
sampai kepada yang hanya bersifat kontras saja. Kata hidup dan mati, seperti
sudah dibicarakan diatas, bisa menjadi contoh berlawanan.
Lebih jauh, berdasarkan sifatnya,
oposisi ini dapat dibedakan menjadi :
1) Oposisi Mutlak
Disini
terdapat pertentangan makna secara mutlak. Umpamanya antara kata hidup dan
mati.diantara hidup dan mati terdapat makna yang mutlak,sebab sesuatu yang
hidup tentu tidak (belum ) mati; sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak
hidup lagi. Contoh lain dari oposisi mutlak ini adalah kata gerak dan diam;
Sesuatu yang (ber) gerak tentu tiada dalam keadaan diam; dan sesuatu yang diam
tentu tidak dalam keadaan (ber ) gerak. Kedua proses ini tidak dapat
berlangsung bersamaan, tetapi secara bergantian.
2) Oposisi Kutub
Disini terdapat pertentangan tidak bersifat
mutlak, melainkan bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkat- tingkat makna
pada kata- kata tersebut, misalnya kata kaya dan miskin adalah dua buah kata
yang beroposisi kutub. Pertentangan antara kaya dan miskin tidak mutlak. Orang
yang tidak kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang tidak
kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang tidak miskin belom
tentu merasa kaya. Bagi orang yang biasa berpendapatan satu bulan sepuluh juta,
dan tiba – tiba berpengahasilan tidk lebih satu juta rupiah, sudah merasa
dirinya miskin. Sebaliknya orang yang setiap hari hanya berpenghasilan seratus
ribu, tiba – tiba tiba – tiba berpenghasilan lima ratus ribu, sudah merasa
dirinya kaya.
3) Oposisi Hubungan
Makna
kata – kata yyang beroposisi hubungan ( relasional ) ini bersifat saling
melengkapi. Artinya, kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang
menjadi oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya maka oposisi ini tidak ada.
Umpamanya, kata menjual beroposisi dengan kata membeli. Kata menjual dan
membeli walaupun maknanya berlawanan, tetapi proses kajiannya berlaku serempak.
Proses menjual dan membeli terjadi pada waktu bersamaan, sehingga dapat
dikatakan tak ada proses menjual jika tak ada prose membeli.
4) Oposisi Hierarkial
Makna kata- kata yang beroposisi
hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang tingkatan. Oleh karena itu kata-
kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata – kata yang berupa nama satuan
ukuran (berat, panjang dan isi ). Umpamanya kata meter beroposisi hierarkial
dengan kata kilometer karena berada dalam deretan nama satuan yang menyatakan
ukuran panjang. Menurut abdul chaer (1994 :88 ).
Antomini atau oposisi merupakan relasi antar
kata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya. Istilah antomini digunakan
untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf, seperti panas dan dingin.
Antomini ini disebut bertaraf karena
antara panas dan dingin masih ada kata-kata lain seperti hangat dan suam-suam
kuku. Menurut Hasana faizah linguitik umum (2010:74).
Antonim
adalah pasangan leksikal yang tidak
dijenjangkan. Misalnya tinggi dan rendah tidak tinggi tidak berarti rendah.
KBBI (2003 : 58 ).
2.2.3
Homonimi, Homofoni, Homografi
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang
artinya nama dan homo yang artinya sama. Secara harfiah homonimi dapat
diartikan sebagai nama sama untuk benda atau hal lain. secara semantik ,Verhaar
(1978) memberi definisi homonimi sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau
kalimat ) tetapi maknanya tidak sama. Umpamanya antara kata pacar yang berarti
inai dengan pacar yang berarti kekasih. Dan antara kata bisa yang berarti racun
ular dengan kata bisa yang berarti sanggup, dapat.
Homofoni
sebetulnya sama saja dengan homonimi karena realisasi bentuk- bentuk bahasa
adalah berupa bunyi. Jadi, kata bisa yang berarti racun dan kata bisa yang
berarti sanggup, dapat selain dari bentuk yang homonimi adalah bentuk yang
homofoni, dan juga homografi karena tulisannya juga sama. Namun, dalam bahasa
indonesia ada sejumlah kata yang homofon tetapi ditulis dengan ejaan yang
berbeda karena ingin menjelas perbedaan makna. Menurut Abdul chaer (1994 – 93
).
Homonimi
yaitu relasi makna antarkata yang ditulis sama dan dilapalkan sama, tetapi
maknanya berbeda. Kata- kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut
homografi, sedangkan kata yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut
homofom.misalnya kata tahu ( makanan)
dan berhomografi tahu (paham ). Sedangkan kata yang homofom kata masa (waktu )
berhomofoni dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan ). Menurut
Hasnah Faizah linguistik umum (2010 : 73 ).
Homonimi
adalah hubungan antara dua kata yang ditulis dan lafalkan dengan cara sama,
tetapi tidak mempunyai makna yang sama. Homofoni adalah kata yang sama lafalnya
dengan kata lain tetapi berbeda ejaan dan maknanya. Misalnya, masa dan massa,
sangsi dan sanksi ). KBBI (2003 :407 )
2.2.4 Hoponimi dan Hipernimi
Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan hypo berarti di bawah. Jadi, secara
harfiah berarti nama yang termasuk dibawah nama lain. berupa tetapi kiranya kiranya dapat juga
berupa frase atau kalimat ) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna
suatu ungkapan lain. misalnya kata tongkol ber hoponim terhadap kata ikan sebab
makna kata tongkol berada atau termasuk makna pada kata ikan. Tongkol memang
ikan tapi ikan bukan hanya tongkol melainkan juga termasuk bandeng, tenggiri,
teri, mujair,cengkalang dan sebagainya.
Konsep
hiponimi dan hipernimimengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan,
adanya makna sebuah kata yang berbeda dibawah makna atau kata lain. karena itu
ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernimi terhadap sejumlah kata
lain, akann menjadi hiponim terhadap kata lain yang hierarkial berada
diatasnya. Misalnya kata ikan yang merupakan hipernimi terhadap kata
tongkol,bandeng, cakalang, dan mujair akan menjadi hiponimi terhadap kata
binatang , sebab yang termasuk binatang bukan hanya ikan tetapi juga kambing,monyet, gajah dan
sebagainya. Selanjutnya kata binatang inipun merupakan hiponimi terhadap kata
makluk, sebab kata makluk bukan hanya binatang tetapi juga manusia. Menurut
Abdul chaer (1994 : 98 )
Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan
peliputan makna spesifik dalam makna generik, seperti makna anggrek dalam makna
bunga, makna kucing dalam makna binatang, anggrek,mawar,tulip berhiponimi
dengan bunga. Sedangkan kucing, anjing,kambing,dan kuda berhiponimi dengan
binatang. Menurut Hasnah Faizah linguitik umum (2010 : 75 )
Hiponimi
adalah hubungan antara makna spesifik dan makna generik. Misalnya kucing,
anjing, kambing disebut homonimdari hewan. KBBI (2003 : 404 )
2.2.5 Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai
satuan bahasa ( terutama kata juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu.
Umpamanya kata kepala dalam bahasa indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh
dari leher keatas separti terdapat pada manusia dan hewan, (2) bagian dari
suatu yang terletak disebelah atas atau depan atau merupakan hal yang penting
atau terutama seperti pada kepala meja,
dan kepala kereta api, (3) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah,
kepala kantor, dan kepala stsiun, (4) jiwa atau orang seperti dalam kalimat
setiap kepala menerima bantuan Rp 500.00 ,dan (5) akal budi seperti dalam
kalimat. Badannya besar tetapi kepalanya kosong. Menururut Abdul chaer (1994 :
101 )
Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa
yang berhubungan. Hubungan antar makna ini disebut polisemi. Sebuah kata atau
satuan ujaran disebut polisemi jika kata itu mempunyai makna lebih dari satu.
Misalnya, kata kepala yang setidaknya mempunyai makna (a) bagian tubuh manusia; (b) ketua atau
pimpinan; (c) sesuatu yang berbentuk bulat,dan
(d) sesuatu yang berada pada sebelah atas. Menurut Hasnah Faizah
linguitik umum (2010 : 73 )
Polisemi
adalah bentuk bahasa (kata,frasa dsb)
yang mempunyai makna lebih dari satu. KBBI (2003: 886 )
2.2.6 Ambiguitas
Ambiguitas
atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua
arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang
paling besar, yaitu frase atau kalimat, dan terjadi akibat penafsiran struktur
gramatikal yang berbeda. Umpamanya, frase buku sejarah baru, dapat ditafsirkan
sebagai (1) buku sejarah itu batu terbit, atau (2) buku itu berisi sejarah
zaman baru. Menurut Abdul chaer (1994 :104)
Ambiguitas yaitu sifat atau hal yang bermakna dua, kemungkinan yang
mempunyai dua pengertian,kemungkinan adanya makna lebih dari satu, gabungan
kata atau kalimat. KBBI (2003 : 36 )
2.2.7
Redundansi
Istilah redundansi sering diartikan sebagai berlebih- lebihan pemakaian
unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya, kalimat Bola ditendang Si
udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sesuatu yang redundansi,
yang berlebih- lebihan dan yang sebenarnya tidak perlu.
Secara semantik masalah redundansi sebetulnya
tidak ada, sebab salah satu prinsip dasar semantik adalah bila bentuk berbeda maka maknapun akan
berbeda. Jadi kalimat Bola ditentang Si Udin berbeda maknanya dengan Bola
ditendang oleh Si Udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua akan lebih
menonjolkan makna pelaku (agentif ) dari pada kalimat pertama yang tanpa kata
oleh. Menurut Abdul chaer (1994 : 105 )
2.3 Contoh Relasi Makna
1. Sinonim atau Sinonimi, Contohnya:
Betul =benar
Buruk
= jelek
Laris = laku
Dahaga = haus
Datang = tiba
Pintar = pandai
Usang = lama
Hancur = musnah
Pulang = kembali = balik
Masyarakat = rakyat = warga
Hadiah = pemberian
Dari
contoh diatas dapat dilihat kata – kata bersinonim, dan tidak semua sinonim
bisa dipertukarkan begitu saja.
Contoh kalimat :
Anjing meninggal ditabrak mobil
Kata meninggal pada kalimat di atas tidak tepat, karena kata meninggal lebih
tepat ditujukan kepada manusia, atau kata meninggal diganti dengan kata mati.
Yang lebih tepatnya anjing mati ditabrak mobil. Jadi kata sinonim bisa
digunakan sesuai dengan kepada siapa yang ditujukan pembicaraan tersebut.
2. Antonimi dan oposisi
Antonimi sering disebut dengan lawan kata, maksudnya maknanya kebalikan dari
makna ungkapan lain.
Contoh :
Jujur = bohong
Tipis = tebal
Rajin = malas
Pintar = bodoh
Mahal = murah
Kaya = miskin
Surga = neraka
Gila = waras
Lebih jauh, berdasarkan sifatnya, oposisi dapat dibedakan menjadi :
2.1
Oposisi Mutlak
Disini terdapat pertentangan makna secara
mutlak. Umpamanya kata masuk dan keluar. Diantara masuk dan keluar terdapat
makna yang mutlak, sebab sesuatu yang masuk tentu tidak ( belum ) keluar ;
sedangkan sesuatu yang keluar tentu sudah masuk. Misalnya naik dan turun.
Diantara naik dan turun terdapat makna yang mutlak, sebab sesuatu yang naik
tentu tidak (belum) turun; sedangkan sesuatu yang turun tentu sudah naik.kedua
proses ini tidak dapat berlangsung bersamaan, tetapi secara bergantian.
2.2 Oposisi Kutub
Makna kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentangan tidak bersifat mutlak,
melainkan bersifat gradisi, artinya terdapat tingkat – tingkat makna pada kata
tersebut. Misalnya kata kaya dan miskin adalah dua buah kata yang beroposisi
kutub. Pertentangan antara kaya dan miskin tidak mutlak. Orang yang tidak kaya
belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang tidak miskin belom tentu
merasa kaya. Bila orang yang biasa berpendapatan satu bulan enam juta , lalu
tiba – tiba menjadi satu juta rupiah, sudah merasa dirinya miskin, sebaliknya
orang seseorang yang setiap bulan hanya berpenghasilan Rp 100.000 ,lalu tiba-
tiba berpenghasilan Rp 500.000 sudah merasa dirinya kaya.
2.3 Oposisi Hubungan
Contoh
memberi dan menerima walaupun maknanya berlawanan tapi kejadiannya serempak.
Proses memberi dan menerima terjadi pada waktu bersamaan sehingga bisa
dikatakan tidakkan ada proses memberi jika tidak ada yang menerima.
2.4 Oposisi majemuk
Oposisi majemuk ini beroposisi lebih dari sebuah kata. Misalnya kata utara
dengan kata selatan, dengan kata timur, dengan kata barat.
Kata – kata
diatas lazim disebut oposisimajemuk.
3. Homonimi,
Homofoni, Homografi
Misalnya kata bulan yang berarti waktu
dalam 30 hari, dengan kata bulan yang berarti nama satelit bumi. Contoh lain
kata salak yang berarti buah, dengan kata salak yang berarti gonggongan anjing.
Contoh lain kata genting yang berarti gawat, dengan kata genting yang berarti
benda penutup rumah.
4. Hiponimi dan Hipernimi
Misalnya kata
mawar berhiponim terhadap kata bunga, sebab makna kata mawar termasuk makna
kata bunga. Mawar memang bunga tapi bunga tidak hanya mawar melainkan juga
termasuk melati, tulip,anggrek,lidah buaya dan sebagainya.
5. Polisemi
Misalnya kata
darah dalam bahasa indonesia memiliki makna (1) hubungan darah persaudaraan,
(2) yang ada pada tubuh manusia. Jadi, darah pada kalimat di atas memiliki
makna lebih dari satu.
6. Ambiguitas
Umpamanya anak
pejabat yang gemuk itu berasal dari surabaya. (1) yang gemuk adalah pejabat,
(2) yang gemuk adalah anak pejabat. Contoh lain ; kucing makan tikus mati. (1)
kucing memakan tikus yang mati, (2) kucing memakan tikus yang masih hidup lalu
tikus itu mati.
7. Redundansi
Umpamanya ibu
membuat kue, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan kue dibuat oleh ibu.
Pemakaian kata oleh pada kalimat yang kedua dianggap sebagai sesuatu yang
redundansi, yang sebenarnya tidak perlu. Contoh lain ; petani mencangkul
kebunnya, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan petani sedang
mencangkul kebunnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa
Indonesia, makna kata saling
berhubungan, hubungan kata itu disebut relasi makna. Relasi makna dapat
berwujud bermacam- macam antara lainSinonim sering disebut dengan persamaan
kata.Antonimi
sering disebut dengan lawan kata, Polisemi
lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, frase, ) yang memiliki
makna lebih dari satu. Homonimi
adalah 2 buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya
tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang
berlainan. Homofoni adalah adanya
kesamaan bunyi antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan ejaan.Homografi mengacu pada
bentuk ujaran yang sama ortografinya atau ejaannya tetapi ucapan dan maknanya
tidak sama. Hifonimi adalah
hubungan sematik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna
bentuk ujaran yang lain.Ambiguitas adalah
hubungan sematik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna
bentuk ujaran yang lain.Istilah
redudansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihan penggunaan unsur
segmental dalam suatu bentuk ujaran.
3.2Saran
Semantik merupakan cabang linguistik yang penting dipelajari. Dengan mempelajari semantik, kita akan tahu tentang makna-makna bahasa, karena semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna. Maka dari itu penting bagi kita untuk mempelajari ilmu semantik atau relasi makna.
Semantik merupakan cabang linguistik yang penting dipelajari. Dengan mempelajari semantik, kita akan tahu tentang makna-makna bahasa, karena semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna. Maka dari itu penting bagi kita untuk mempelajari ilmu semantik atau relasi makna.
DAFTAR PUSTAKA
http://resisusantiuir.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://asrulnazar.blogspot.co.id/2015/04/relasi-makna-perubahan-makna-dan-medan.html
http://andrisyarifudin2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-relasi-makna.html
http://nurhalimahsaja.blogspot.co.id/2013/03/relasi-makna-dalam-setiap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar